Pengrajin Batik di Jombang Terima IPAL Pengelolaan Limbah Ramah Lingkungan

Pengrajin Batik di Jombang Terima IPAL Pengelolaan Limbah Ramah Lingkungan

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Para pengrajin batik di Kabupaten Jombang menerima bantuan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ramah lingkungan dari Universitas Wijaya Putra (UWP), Surabaya.
Bantuan ini diberikan sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat berskema Pemberdayaan Masyarakat Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD) dengan judul PM-UPUD Peningkatan Kapasitas dan Mutu Produk Batik Berbasis Green Management di Kabupaten Jombang.
Program ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Ditjen Diktiristek Kemdikbudristek tahun anggaran 2024.
Sebagai pelaksana program ini adalah dosen UWP yaitu Nugroho Mardi Wibowo, Yuyun Widiastuti, Siswadi, dan empat mahasiswa UWP serta dibantu oleh Achmad Chusnun Ni’am, dari Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Tujuan program ini adalah untuk memberdayakan industri batik tradisional sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Penyerahan IPAL tersebut dilakukan dalam sebuah acara seremonial yang berlangsung di Pesona Batik Jombang yang terletak di Jl. Jambu Gang. 02 No. 12, Desa Jabon, Kecamatan/Kabupaten Jombang dan di Batik Berkah Mojo yang berlokasi di Dusun Sanan Timur, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang, Rabu (11/9/2024).
Instalasi ini diharapkan dapat membantu pengrajin batik dalam mengelola limbah pewarna yang dihasilkan dari proses produksi batik, sehingga dampak pencemaran lingkungan dapat diminimalisir.
Ketua Tim PM-UPUD UWP, Nugroho Mardi Wibowo mengatakan bahwa program ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perguruan tinggi untuk berkontribusi langsung dalam menyelesaikan masalah lingkungan di sektor industri rumahan.
“Kami melihat potensi besar dari industri batik di Jombang, namun juga menyadari bahwa limbah dari proses produksi ini bisa berdampak buruk bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Melalui IPAL ini, kami berharap pengrajin batik bisa tetap berkarya tanpa merusak lingkungan sekitar,” ujarnya saat dikonfirmasi TIMES Indonesia, Kamis (12/9/2024).
Melalui program ini, UWP Surabaya tidak hanya berfokus pada peningkatan kesadaran lingkungan di kalangan pengrajin, tetapi juga memberikan edukasi tentang pentingnya keberlanjutan industri melalui pengelolaan limbah yang baik. Para pengrajin batik juga mendapatkan pelatihan tentang cara merawat dan menggunakan IPAL tersebut agar fungsinya bisa dimaksimalkan untuk jangka panjang.
“Semoga produksi batik di Jombang bisa terus berkembang tanpa mengorbankan kualitas lingkungan hidup. Kami berkomitmen untuk terus mendukung industri lokal melalui program-program serupa di masa depan, sehingga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan industri batik dapat berjalan seiring,” harapnya.
Bantuan IPAL ini sangat diapresiasi oleh para pengrajin batik di Jombang. Salah satu pengrajin, Nunuk Rachmawati Owner Pesona Batik Jombang yang juga sebagai salah satu mitra PM-UPUD UWP menyampaikan rasa syukur atas adanya fasilitas ini.
“Kami sering menghadapi kesulitan dalam mengelola limbah batik, terutama yang berasal dari pewarna sintetis. Dengan adanya IPAL ini, kami bisa lebih tenang karena limbah sudah bisa diolah secara ramah lingkungan. IPAL ini dapat mengolah air limbah produksi batik sampai dengan empat meter kubik,” ungkapnya.
Pesona Batik Jombang dan Batik Berkah Mojo sendiri dikenal sebagai dua sentra produksi batik di Jombang yang masih menggunakan teknik tradisional. Meski demikian, banyak pengrajin yang menggunakan bahan kimia modern dalam proses pewarnaan, yang menghasilkan limbah berpotensi mencemari lingkungan. Dengan IPAL yang diberikan, limbah ini akan melalui proses filtrasi dan pengolahan sehingga aman sebelum dibuang ke lingkungan.
“Inisiatif ini merupakan langkah positif bagi industri batik tradisional di Jombang. Kami berharap kerjasama antara akademisi dan industri lokal dapat terus berlanjut untuk menciptakan produksi yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya. (*)